Rabu, 27 Maret 2013

BUDIDAYA TANAMAN GARUT DI CILANGKAP TAPOS DEPOK

1. Pemilihan bibit
Tanaman garut diperbanyak secara vegetatif, bagian tanaman yang baik untuk digunakan sebagai bibit adalah ujung-ujung rhizoma atau tunas umbi (bits) yang panjangnya 4 – 7 cm dan mempunyai 2 – 4 mata tunas. Agar diperoleh produksi yang tinggi maka bibit yang digunakan harus berkualitas baik dan jangan menggunakan bibit yang kondisinya kurang sehat, kurus atau menderita akar cerutu (Cigar root). Jumlah bibit yang diperlukan untuk setiap hektarnya adalah 3.000 – 3.500 kg bibit.

2. Pengolahan Tanah
Tanaman garut pada umumnya menghendaki tanah yang gembur, karena pada struktur tanah yang gembur umbi dapat tumbuh dengan leluasa. Proses pemanenan juga akan lebih mudah dan cepat apabila kondisi tanah gembur. Untuk memperoleh struktur tanah yang gembur perlu dilakukan pengolahan sebaik mungkin dengan cara membajak atau mencangkul dengan kedalaman 20 – 30 cm, agar tanah menjadi semakin gembur maka sebaiknya diberikan kompos atau pupuk kandang sebanyak 25 – 30 ton per hektar, karena kompos atau pupuk kandang tersebut selain menggemburkan tanah juga untuk memperkaya kandungan unsur hara di dalam tanah. Tanah diolah dengan membajak atau mencangkul, kemudian dibuat bedengan dengan ukuran panjang sesuai dengan kondisi lahan, lebar 120 cm dan tingginya antara 25 – 30 cm. Jarak antara bedengan yang satu dengan yang lain adalah 30 – 50 cm.

3. Penanaman
Bertanam garut biasanya dilakukan pada awal musim hujan agar tanaman lebih banyak tertolong pertumbuhanya dengan adanya curah hujan. Bibit ditanam pada bedengan-bedengan yang telah disiapkan dengan menggunakan alat tanam seperti tugal atau cangkul dengan kedalaman yang cukup yaitu antara 8 – 15 cm. Dalamnya penanaman bibit garut ini bertujuan agar umbi yang terbentuk nantinya tidak menonjol ke permukaan tanah. Setelah bibit ditanam selanjutnya lubang tanaman ditutup dengan tanah. Jarak tanam garut yang umumnya digunakan adalah sekitar 37,5 x 75cm.



4. Pemupukan
Pemberian pupuk merupakan kegitan yang sangat penting untuk dilakukan agar tanaman garut memperoleh bahan makanan yang cukup, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan subur dan hasil umbi dapat mencapai optimal. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk alam (pupuk organik) seperti kompos atau pupuk kandang sebanyak 25 – 30 ton/ha yang diberikan pada saat pengolahan tanah. Selain pupuk alam (pupuk organik), pupuk buatan (pupuk anorganik) juga sangat penting untuk diberikan yaitu : Urea sebanyak 350 – 400 kg/ha, SP36 sebanyak 200 – 300 kg/ha dan KCL sebanyak 100 – 350 kg/ha.
Pupuk anorganik dapat diberikan sekaligus pada saat tanaman berumur 3,5 bulan dan dapat pula diberikan secara bertahap.
 
Apabila pemupukan dilakukan secara bertahap sebaiknya diberikan sebanyak 2 kali pemupukan pertama bersamaan dengan penanaman bibit sedangkan pemupukan kedua dilakukan menjelang tanaman berbunga atau pada saat tanaman berumur kurang lebih 3,4 bulan karena pada saat itu tanaman mulai membentuk umbi sehingga sangat membutuhkan banyak zat makanan.

5. Pemeliharaan
Dalam hal pemeliharaan tanaman garut, yang perlu diperhatikan adalah penyiangan dan pembumbunan karena kedua kegiatan tersebut merupakan perawatan tanaman. Penyiangan dimaksud untuk membersihkan rumput atau gulma yang tumbuh disekitar tanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Penyiangan dapat dilakukan setiap bulan terutama selama 3 – 4 bulan pertama, dan apabila tanaman garut mulai nampak berbunga maka kegiatan penyiangan tidak boleh lagi dilakukan. Sambil melakukan penyiangan, kegiatan pembumbunan juga dapat sekaligus dilakukan dengan menggunakan cangkul.
 
Cara melakukan pembumbunan yaitu tanah berada disekitar tanaman dicangkul, lalu ditimbun ke arah pangkal-pangkal batang. Rerumputan atau gulma-gulma yang ada dibenamkan ke dalam tanah karena rerumputan atau gulma tersebut dapat berperan juga sebagai pupuk dan menjadi sangat penting guna mencegah timbulnya serangan penyakit.
 
Pada tanaman garut dikenal istilah akar cerutu (cigar root) yang pada dasarnya adalah suatu umbi yang berbentuk kurus panjang yang banyak mengandung serat dan sedikit sekali kandungan patinya. Bentuk umbi seperti ini bukan akibat dari adanya serangan hama atau penyakit tetapi akar cerutu terbentuk untuk membentuk tunas-tunas baru. Kegiatan pembumbunan pada tanaman garut ini merupakan kegiatan yang sangat perlu dilakukan untuk memelihara kondisi tanah dalam keadaan gembur sehingga pertumbuhan dan perkembangan umbi menjadi sempurna.

6. Hama dan Penyakit serta Pengendaliannya
Tanaman garut termasuk tanaman yang tidak terlalu banyak jenis hama dan penyakit yang menyerangnya, dan sekalipun ada pada umumnya serangannya kurang membahayakan pertumbuhan tanaman. Satu-satunya jenis hama yang penting adalah ulat penggulung daun (Colopedes athlius Cran.), ciri-cirinya daun yang terserang melinting (menggulung), karena ulat ini menggulung sejumlah daun sehingga dapat menghambat proses asimilasi yang akan  mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan umbi garut. Hama ini dapat diatasi dengan mudah yaitu dengan menggunakan larutan yang mengandung arsanik. Jenis penyakit yang sering menyerang garut adalah penyakit akar. Penyakit akar ini disebabkan oleh Rosselina Bunodes Sacc. Yang biasanya menyerang tanaman garut yang diusahakan pada daerah-daerah yang lembab dengan curah hujan tinggi dengan drainase yang kurang baik. Oleh karena itu pembuatan saluran drainase yang baik produksi rata-rata yang diperoleh umumnya sebesar 12,5 ton per hektar, namun dengan tingkat budidaya yang baik dapat mencapai 37 ton umbi segar per hektar.

7. Panen
Hasil utama tanaman garut adalah umbi. Tanda-tanda umbi garut sudah waktunya untuk dipanen adalah daun-daun menguning, mulai layu dan mati yaitu biasanya pada umur antara 10 – 12 bulan setelah tanam. Sebenarnya kandungan pati maksimum pada umbi garut adalah pada saat tanaman berumur 12 bulan, namun pada umur tersebut umbi garut telah banyak berserat sehingga pati sulit untuk diekstrak. Cara panen umbi garut sangat bergantung pada varietas /kultivar yang digunakan.
 
Untuk kultivar yang letak umbinya dekat dengan permukaan tanah, pemanenan cukup dilakukan dengan menggunakan tangan, sedang kultivar yang lain memerlukan alat untuk mencongkel umbi yang letaknya agak di dalam tanah. Pada saat pemanenan, rerumputan dan sampah-sampah tanaman dikubur di lahan agar berubah menjadi bahan organik yang sangat membantu dalam menyuburkan tanah. Tinggi rendahnya hasil panen sangat tergantung pada varietas, tingkat kesuburan tanah dan cara pemeliharaan tanaman yang dilakukan. Jumlah panenan dapat berkisar antara 7,5 – 37 ton umbi per hektar.

Budidaya Porang/Iles-iles atau Suweg di Banjaran Pucung Cilangkap Tapos Depok

Umbi suweg besarnya kepalan tangan bahkan tidak jarang yang sebesar kepala orang dewasa. Bentuknya bulat agak gepeng, pada bagian atas ada lekukan yang terbentuk karena di lekukan itu adalah tempat tumbuhnya batang tanaman suweg. Nah, tertarik karena umbi ini unik dan ingin mencoba rasanya, saya pun membeli satu umbi yang cukup besar. Selama ini (walaupun berasal dari pedesaan) seingat saya belum pernah sekalipun merasakan suweg. Kalau umbi-umbian lain sih sering, yang paling sering adalah kimpul (talas), ubi jalar, dan tanaman penjajah -singkong- (lihat catatan khusus). Yang jarang saya nikmati tapi sering saya rindukan adalah ganyong  (Canna edulis).
seperti umbi-umbian lain yang biasa dimakan, suweg pun rasanya enak. Suweg rasanya hambar atau netral dan terasa agak lekat (Jw: pliket). Menurut istilah Jawa, rasa hambar semacam itu disebut anyep. Pantas saja suweg jarang dijadikan makanan sampingan seperti umbi-umbian lain yang kebanyakan rasanya manis.Bingung karena pastinya suweg itu bakal nggak laku dimakan anggota keluarga, putar otak saya mendapatkan ide untuk mengolah suweg menjadi perkedel (saya pernah mencoba membuat perkedel selain berbahan dasar kentang yaitu dari talas dan ubi jalar, rasanya juga enak). Yang tak terduga, perkedel dari suweg pun rasanya tidak kalah dari perkedel berbahan dasar lain. Bahkan karena sifatnya yang agak lekat itu justru memudahkan pembuatannya, tidak gampang pecah dan tidak butuh perekat (mis: telur) yang dibutuhkan bila menggunakan bahan umbi lain. Hanya saja, sebelum diolah, suweg harus dikupas dan dicuci bersih sampai hilang getahnya. Ini dimaksudkan untuk menghilangkan adanya sedikit rasa gatal yang tak beda jauh dengan rasa gatal pada jenis talas lainnya.Masalah teratasi, dan perkedel suweg pun laris manis menemani makan suweg dan rasa penasaran membuat saya segera mencari-cari referensi di internet mengenai suweg.mengejutkan!
siang. Akan tetapi, kebingungan sebelumnya itu membuat saya tidak sempat mendokumentasikanSuweg atau iles-iles atau porang yang kelihatannya sepele itu ternyata digemari di banyak negara lain. Kandungan gizi suweg pun banyak memiliki keunggulan. Kegunaan selain bahan pangan juga ada antara lain untuk industri, kosmetik, dan pengobatan. Membaca bermacam referensi itu membuat saya merenung, begitu banyak kekayaan bumi Indonesia dari yang jelas kelihatan sampai hal yang sepele dan remeh semacam suweg. Sayangnya, ada yang alih-alih memanfaatkannya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat malah menggadaikannya. Jangankan kekayaan alam, martabat pun tega digadaikan. Banyak orang menyerukan kebangkitan nasional, namun di saat yang sama banyak yang mempurukkan. Sumber : Hasnan Habib, kelompok tani Cilangkap Tapos Depok dan Suhaimi Andy Muryanto

Minggu, 24 Maret 2013

Suasana Peresmian Klub Catur "Benteng Tapos" di Cilangkap Tapos Depok, Hari Minggu 17 Maret 2013.






Saripudin pecatur RT 05 RW 07 Cilangkap Tapos Depok, bermain bersama Pecatur Juara juara Dunia

Bang Saripudin, pemain catur dari RT 05 RW 07 Cilangkap Tapos Depopk bermain catur bersama Juara Dunia Catur Putri KU 14 tahun , Nyimas Sonya dan juara dunia wanita KU 12 Nyimas Sita dari DKI Jakarta, di pembukaan klub Catur Benteng Tapos Cilangkap Tapos Depok, sungguh luar biasa, satu prestasi tersendiri sebuah klub catur tingkat kelurahan mampu mendatangkan juara dunia catur.

Juara Catur Dunia datang di Cilangkap Tapos Depok

Minggu 17 Maret 2013 adalah hari yang bersejarah bagi kel. Cilangkao Tapos Depok, selain diresmikannya klub Catur Benteng Tapos sebagai anggota Percasi Depok, ditambah dengan hadirnya Kemas, juara Catur dunia KU 8 Tahun, sungguh luar biasa untuk sebuah klub catur yang baru yang akan mengangkat pamor kelurahan Cilangkap Tapos Depok ke seluruh Nusantara, tampak hadir dalam gambar M. Taufik anggota Dewan Depok.